Rudhy Suharto
Keyakinan takfiri dalam ekspresinya pada dasarnya berlawanan dengan makna hakiki dari “kebebasan” itu sendiri. Keyakinan agama berkarakter takfiri sangat mudah memvonis kalangan lain yang berbeda dengannya sebagai golongan yang “sesat” dan “kafir.” Mereka tidak dapat menerima kenyataan adanya perbedaan penafsiran dan praktik dalam agama. Kaum takfiri akan berupaya memaksakan bentuk-bentuk pemahaman dan model-model praktik keagamaannya kepada pihak lain, sembari menuding pemahaman dan praktik pihak lain sebagai itu sebagai suatu kesesatan dan kafir. Zuhairi Misrawi[2]
Wafatnya Mbah Maridjan akibat meletusnya Gunung Merapi pada tanggal 26 Oktober 2010 menimbulkan polemik di tengah-tengah masyarakat. Di satu sisi, Mbah Maridjan diberitakan telah menghembuskan nafas terakhirnya dalam keadaan sujud, yang bisa ditafsirkan sebagai manifestasi “muslim taat”.[3] Tetapi, di sisi lain, Mbah Maridjan juga digambarkan sebagai seorang muslim Jawa yang mempertahankan tradisi lokal, yang diekspresikan melalui kesetiaannya menjadi “juru kunci” Merapi hingga akhir hayatnya.[4] Drs. M. Arif AM, MA
Dosen STAIN Kediri Menurut John L. Esposito, KH Abdurrahman Wahid adalah seorang pemikir, penulis dan politisi Islam Indonesia. Beliau merupakan salah satu pemimpin intelektual Muslim yang paling berpengaruh di Indonesia dewasa ini. Juga merupakan seorang kolumnis terkenal masalah budaya, social, dan politik yang mendorong kontribusi Islam pada pluralisme, keadilan social, dan demokrasi (Esposito, 2001:16). DR. KH. Jalaluddin Rakhmat
"Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang yahudi, Nasrani, dan orang-orang Shabiin, siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah. Hari kemudian, dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati." (QS al-Baqarah:62) DR. KH. Jalaluddin Rakhmat
“Nabi Muhammad memiliki pandangan yang sangat sehat. Ia membangun sistem politiknya dengan baik dan, selama bentuk pemerintahnya dapat dipertahankan di bawah para kalifah yang menggantikannya, pemerintahnya tetap satu, dan baik karenanya. Akan tetapi, orang Arab yang menjadi makmur, beradab, berbudaya, lembek dan pengecut, dikuasai oleh orang biadab, maka pemisahan antara kedua kekuasaan terjadi lagi”. (Rousseau) Fariz Alniezar
Dosen di Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama (STAINU) Jakarta "Tak pelak tugas berat yang kita pikul dalam memerangi radikalisme dalam beragama adalah mensosialisasikan model Islam Madinah yang terekam sangat berperadaban yang produk konstitusinya sebagaimana dikatakan oleh Robert N. Bellah (1990) dalam Beyond Believe-nya yang menjadi satu-satunya produk konsensus tertua dan paling maju pada zamannya, piagam Madinah adalah rekaman sejarah yang menunjukan bahwa Islam mampu merangkul semua golongan bahkan di luar Islam itu sendiri." DR. KH. Jalaluddin Rakhmat "Hingga kini Indonesia masih saja tak lepas dari konflik antarumat beragama. Agama, yang semestinya bersemangat pembebasan dan menebarkan kedamaian bagi sesama manusia, ternyata justru kerap memicu pertentangan, bahkan mengusik keutuhan bangsa yang majemuk ini. Bagaimana jalan keluarnya?"
|
Kajian Islam MadaniKumpulan catatan kajian dari Komunitas Islam Madani dan artikel lain seputar Islam yang menyejukkan Arsip |