Kajian Komunitas Islam Madani I, 26 Nopember 2015
|
Sahabat Islam Madani
|
|
Like us on Facebook, follow our Page
|
KajianIdeologi Tafikiri, Islam Madani dan Keindonesiaan
Rudhy Suharto Keyakinan takfiri dalam ekspresinya pada dasarnya berlawanan dengan makna hakiki dari “kebebasan” itu sendiri. Keyakinan agama berkarakter takfiri sangat mudah memvonis kalangan lain yang berbeda dengannya sebagai golongan yang “sesat” dan “kafir.” Mereka tidak dapat menerima kenyataan adanya perbedaan penafsiran dan praktik dalam agama. Kaum takfiri akan berupaya memaksakan bentuk-bentuk pemahaman dan model-model praktik keagamaannya kepada pihak lain, sembari menuding pemahaman dan praktik pihak lain sebagai itu sebagai suatu kesesatan dan kafir. Dari Pribumisasi Islam ke Islam Nusantara: Sebuah Tinjauan Kritis
Zuhairi Misrawi Wafatnya Mbah Maridjan akibat meletusnya Gunung Merapi pada tanggal 26 Oktober 2010 menimbulkan polemik di tengah-tengah masyarakat. Di satu sisi, Mbah Maridjan diberitakan telah menghembuskan nafas terakhirnya dalam keadaan sujud, yang bisa ditafsirkan sebagai manifestasi “muslim taat”. Tetapi, di sisi lain, Mbah Maridjan juga digambarkan sebagai seorang muslim Jawa yang mempertahankan tradisi lokal, yang diekspresikan melalui kesetiaannya menjadi “juru kunci” Merapi hingga akhir hayatnya. Pluralisme dan Multikulturalisme Gus Dur
Drs. M. Arif AM, MA Dosen STAIN Kediri Menurut John L. Esposito, KH Abdurrahman Wahid adalah seorang pemikir, penulis dan politisi Islam Indonesia. Beliau merupakan salah satu pemimpin intelektual Muslim yang paling berpengaruh di Indonesia dewasa ini. Juga merupakan seorang kolumnis terkenal masalah budaya, social, dan politik yang mendorong kontribusi Islam pada pluralisme, keadilan social, dan demokrasi (Esposito, 2001:16). Ketimpangan dan Agama Madani; Belajar dari Rousseau
DR. KH. Jalaluddin Rakhmat “Nabi Muhammad memiliki pandangan yang sangat sehat. Ia membangun sistem politiknya dengan baik dan, selama bentuk pemerintahnya dapat dipertahankan di bawah para kalifah yang menggantikannya, pemerintahnya tetap satu, dan baik karenanya. Akan tetapi, orang Arab yang menjadi makmur, beradab, berbudaya, lembek dan pengecut, dikuasai oleh orang biadab, maka pemisahan antara kedua kekuasaan terjadi lagi”. Menuju Agama Madani
DR. KH. Jalaluddin Rakhmat Hingga kini Indonesia masih saja tak lepas dari konflik antarumat beragama. Agama, yang semestinya bersemangat pembebasan dan menebarkan kedamaian bagi sesama manusia, ternyata justru kerap memicu pertentangan, bahkan mengusik keutuhan bangsa yang majemuk ini. Bagaimana jalan keluarnya? |
KabarBagi Islam di Indonesia, Pancasila adalah Final!
Tak ada yang paling mengkhawatirkan kehidupan keagamaan dan kebangsaan kita saat ini selain makin maraknya paham intoleransi yang mengusung ideologi kekerasan. Paham intoleransi itu berpotensi memecah belah umat beragama dan bangsa kita, bahkan mengancam keutuhan NKRI. Kelompok pengusung ideologi kekerasan yang intoleran sebenarnya hanya kelompok kecil namun terlihat besar karena terdengar ‘ribut’. Hal itu disampaikan Syamsuddin Baharuddin, Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Jamaah Ahlulbait Indonesia (PP IJABI) saat membuka Kajian Islam Madani edisi Perdana tadi malam, Kamis (26/11) di Aula Gedung Serbaguna Komplek Rumah Jabatan DPR RI, Kalibata, Jakarta. Hadir sebagai pembicara Dr Zuhairi Misrawi, Ketua Moderate Muslim Society (MMS) dan KH Dr Jalaluddin Rakhmat MSc, Ketua Dewan Syura PP IJABI yang juga Anggota DPR RI. Islam Madani dan Islam Nusantara Dituntut Sebagai Penggerak di Indonesia
Gerakan radikal sampai saat ini masih gencar menyebarkan ujaran kebencian, pengkafiran terhadap kelompok lain. Mereka ini kecil, tapi teriakannya sangat kencang dan lantang. Mereka bisa menguasai dan mempengaruhi publik lewat media dan bidang-bidang lain. Hal itu disampaikan Ketua Umum (Ketum) Ikatan Jamaah Ahlulbait Indonesia (IJABI) Syamsuddin Baharudin dalam Kajian Islam Madani seri pertama yang bertema “Islam Madani dan Islam Nusantara; Corak Islam Indonesia” di Aula Kompleks Rujab Anggota DPR RI, Kalibata, Jakarta Selatan. Kamis, tanggal 26 November 2015. Tangkal Radikalisme, Bangun Islam Madani
Tak hanya Indonesia, dunia sekarang sedang menghadapi ancaman globalisasi pemahaman keislaman radikal, yang alih-alih menampilkan wajah Islam ramah, cinta damai, dan rahmatan lil alamin, justru menampilkan wajah Islam yang keras, garang, dan radikal. Inilah kiranya yang mengawali Ikatan Jamaah Ahlulbait Indonesia (IJABI) berupaya menawarkan paradigma keislaman madani, dalam seminar ‘Islam Madani dan Islam Nusantara; Corak Islam Indonesia’ yang diselenggarakan di Kalibata, Kamis (27/11). |
Jumlah Kunjungan